Bertaubatlah Saudara/i ku - CSI FEB
Bertaubatlah Saudara/i ku

Bertaubatlah Saudara/i ku

Share This
Oleh: Wiwit Hardi Priyanto

Terjatuh ke dalam dosa dan maksiat, pasti pernah dilakukan oleh setiap manusia. Tidak ada manusia yang ma’shum (terjaga) dari kesalahan dan dosa, kecuali Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan para Sahabat beliau sekali pun tidak luput dari yang namanya kesalahan. Karena manusia adalah tempatnya salah dan lupa.

***

Sebagai hamba yang ta’at, kita harus memiliki sikap yang benar tatkala terjatuh ke dalam dosa dan maksiat. Seperti yang pernah disabdakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam (yang artinya), “Setiap anak cucu Adam pasti pernah berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah ialah orang yang banyak bertaubat.” (HR. At-Tirmidzi, hasan)

Oleh karena itu, hendaknya kita segera memohon ampun kepada Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), ”Berlomba-lombalah kamu kepada ampunan Rabbmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” (QS. Al-Hadid: 21)

Keutamaan-Keutamaan Taubat

[1] Salah satu sebab keberuntungan

Allah telah memerintahkan hamba-hamba Nya untuk bertaubat. Dan taubat adalah wajib bagi setiap muslim.Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah wahai orang-orang yang beriman, supaya kalian menjadi orang-oarang yang beruntung.” (QS. An-Nur: 31)

[2] Dicintai oleh Allah ta’ala

Sungguh orang yang gemar bertaubat akan dicintai oleh Allah ta’ala. Dimana Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)

[3] Diampuni kesalahan-kesalahannya

Orang yang bertaubat akan diampuni kesalahan-kesalahannya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dialah Allah yang menerima taubat dari hamba-hamba Nya, dan memaafkan kesalahan-kesalahan.” (QS. Asy-Syura: 25)

Bersegera Dalam Bertaubat

Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah ta’ala. Seorang hamba yang beriman, semestinya segera bertaubat ketika ia terjerumus ke dalam dosa dan maksiat. Seorang hamba yang beriman pun semestinya berkomitmen untuk tidak akan mengulangi lagi dosa dan kesealahan-kesalahan yang telah ia perbuat.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali ‘Imran: 135)

Bersegera merupakan langkah yang baik dalam bertaubat, karena kita tidak ingin menghadap Allah dengan membawa dosa yang bertumpuk dan Allah murka kepada kita. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah bagi mereka yang mengerjakan keburukan karena kejahilan (kebodohan), kemudian mereka segera bertaubat, maka mereka itulah yang diterima taubatnya oleh Allah, dan Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa’: 17)

Dan yang dimaksud kejahilan di sini bukanlah mereka yang tidak tahu sama sekali. Karena apabila ia tidak tahu sama sekali, ia tidak akan dihukum. Akan tetapi yang dimaksud dengan kejahilan di sini adalah lawan dari al-hilm (ketundukan terhadap kebenaran, ed). Maka siapa saja yang bermaksiat kepada Allah, itulah yang disebut jahil, yang artinya kurangnya ketundukan mereka kepada Allah, kurangnya akal mereka dan kurangnya nilai-nilai kemanusiaan pada diri mereka. “…kemudian mereka segera bertaubat…”, maknanya setiap mereka berbuat dosa, mereka segera bertaubat. Tidak ada satu pun manusia yang terjaga dari dosa. Akan tetapi segala puji hanya milik Allah semata, Allah senantiasa membuka pintu taubat. Maka wajib bagi seorang hamba jika melakukan dosa, dia langsung segera bertaubat. Namun apabila ia tidak bertaubat dan memohon ampun, maka ini adalah tanda-tanda kebinasaan untuknya, dan bisa jadi akan menyebabkan dirinya berputus asa dari rahmat Allah serta membuka jalan bagi setan untuk berkata kepadanya, “Tidak ada taubat bagimu” Sehingga dia pun terus berkubang dalam maksiat dan enggan meninggalkannya (lihat Syarh Al-Qawa’id Al-Arba’, Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah)

Syarat-Syarat Diterimanya Taubat

Telah kita ketahui bahwa syarat diterimanya suatu taubat secara umum ada tiga, yaitu mengakui dan menyesali dengan dosa yang telah dilakukannya, meninggalkan perbuatan dosa tersebut, dan bertekad kuat untuk tidak mengulanginya. Kemudian, apabila dosa itu terkait dengan hak sesama manusia hendaknya meminta maaf kepadanya jika hal itu memungkinkan untuk dilakukan. Pada intinya, dalam bertaubat kita harus ikhlas; yaitu dalam rangka mencari ampunan Allah ta’ala, bukan karena motivasi-motivasi yang lainnya. Hendaknya orang yang bertaubat juga memperbanyak amal salih. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan barangsiapa yang bertaubat dan beramal shalih, maka akan Allah terima taubatnya.” (QS. Al-Furqan: 71)

Doa dan Dzikir Ketika Bertaubat

[1] Dari Al-Quran

Rabbanaa zhalamnaa anfusanaa wa illam taghfirlanaa wa tarhamnaa lanakunanna minal khaasiriin. Artinya, “Wahai Rabb kami, kami telah menzhalimi diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami, niscaya kami akan menjadi orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf: 23)

[2] Dari Al-Hadits

Allahumma innii zhalamtu nafsii zhulman katsiiran, wa laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta, faghfirlii maghfiratan min ‘indika, war hamnii innaka anta ghafuurur rahiim. Artinya, “Yaa Allah, seseungguhnya aku telah banyak menzhalimi diriku sendiri, dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau, maka ampunilah aku dengan ampunan di sisi-Mu, berikanlah aku rahmat. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Istighfar merupakan dzikir yang diucapkan seorang hamba dalam rangka memohon ampunan. Itulah yang sering dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal beliau adalah orang yang telah diampuni dosanya yang telah lalu maupun yang akan datang. Bagaimana lagi dengan kita? Tentu kita lebih pantas lagi untuk beristighfar memohon ampun.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri beristighfar minimal 70 kali dalam sehari. Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Demi Allah, sesungguhnya aku meminta ampun kepada Allah dan aku bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Al-Bukhari). Beliau juga bersabda (yang artinya), “Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah, sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah dalam satu hari sampai seratus kali.” (HR. Muslim)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Barangsiapa yang mengucapkan doa berikut: ‘Astaghfirullahal ‘azhiim alladzi laa ilaha illa huwal hayyul qayyuumu wa atuubu ilaih’ (Aku memohon ampun kepada Allah, tidak ada yang berhak disembah dengan benar kecuali Dia, Dia adalah Al-Hayyu Al-Qayyum, dan aku bertaubat kepada-Nya), maka akan diampuni dosa-dosanya, meskipun ia pernah lari dari medan perang.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi, dinilai sahih oleh Syaikh Al-Albani)

Penutup

Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah ta’ala. Marilah kita senantiasa memohon ampun dan bertaubat kepada Allah atas dosa-dosa yang telah kita lakukan. Karena setiap dosa yang kita lakukan, akan menjadi noda hitam bagi hati kita. Sebagamana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam (yang artinya), “Sesungguhnya seorang hamba, ketika berbuat dosa, maka pada hatinya akan tertinggal setitik noda hitam. Jika dia bertaubat dari dosanya, maka hatinya akan dibersihkan dari noda hitam tersebut. Namun apabila dia terus menambah dosanya, maka noda hitam tersebut pun semakin bertambah. Demikianlah maksud dari firman Allah ta’ala, “Sekali-kali tidak, bahkan apa yang mereka lakukan tersebut akan menutupi hatinya.” (QS. Al-Muthaffifin : 14).” (HR. At-Tirmidzi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages