Menjemput Cinta Hakiki (Pengertian, Tujuan dan Cinta Terhadap Dakwah) - CSI FEB
Menjemput Cinta Hakiki (Pengertian, Tujuan dan Cinta Terhadap Dakwah)

Menjemput Cinta Hakiki (Pengertian, Tujuan dan Cinta Terhadap Dakwah)

Share This

Apa itu dakwah? Jika kita telusuri menurut bahasa, maka dakwah berasal dari bahasa arab yang berarti mengajak. Mengajak untuk mengikuti dan memahami hal yang sama dari apa yang disampaikan oleh pendakwah. Mengajak untuk melakukan tujuan yang sama. Menyatukan visi dan misi dari penyeru.

Yang di ajak mengikuti yang mengajak. Inilah arti dakwah secara etimologi. Secara termininologi, dakwah merupakan menyeru kepada agama Allah, yaitu agama islam. Rukun iman dan rukun islam adalah tujuan utama kenapa seseorang berdakwah. Agar manusia percaya dan melaksanakan tugas sebagai seorang hamba di dunia.

Jika kita telusuri lagi, makna dakwah sangat luas. Luas sekali. Namun disini saya akan menggambarkan dakwah yang bisa dilakukan oleh seorang hamba dalam kehidupan sehari-hari. Jika tidak bisa membuat non-muslim masuk islam. Maka berusahalah membuat orang islam mengenal siapa Tuhan mereka. Dakwah itu indah, seindah hidup anda saat ini. Ya, saat ini anda bahagia. Islam adalah anugerah terindah dalam hidup, yang dibaluti iman. Percaya kepada yang ahad. Mengikuti kepada yang patut diikuti.

Rasulullah SAW adalah sosok panutan luar biasa. Ketampanan wajahnya. Senyuman yang begitu menawan. Kulit putih yang kemerah-merahan. Bentuk tubuh yang sempurna dan keindahan akhlaknya mengalahkan semua manusia pada zaman dulu, pun hingga saat ini. Siapa lagi yang patut kita idolakan selain beliau? Tahukah kamu kenapa kita bisa merasakan nikmatnya ketika sholat? Saat adzan berkumandang.

Menggetarkan hati-hati yang tak sabar bertemu dan bercakap kepada Tuhannya? Ingin berbincang dan mengadu pada yang Maha Mendengar? Saat tersenyum mengucap padaNya. Saat kita mengizinkan air mata bergulir menelusuri pipi? Saat merasakan lapangnya dada ketika berbagi? Saat mendahulukan kepentingan saudara meskipun kita butuh? Saat tersenyum tulus karna Allah? Saat peringatan menguatkan iman? saat, saat dan saat lainnya?

Lalu bagaimana semua itu kita dapatkan? Kita rasakan? Hingga saat ini kita begitu menikmatinya? Bahkan tak ingin lepas dari ikatannya?  Percaya atau tidak. Kita adalah orang-orang yang telah terkena racun dakwah. Terkena biusan dakwah. Terkena virus cinta akan dakwah itu sendiri. Secara langsung maupun tidak langsung, dari orang yang kita kenal. Maupun yang tidak kita kenal. Dari buku atau dari tulisan media sosial yang kita miliki.

Nikmat iman yang kita rasakan karena perjuangan dakwah Rasulullah SAW, membekas hingga saat ini. Dan akan terus diperjuangkan oleh orang-orang yang ingin menegakkan agama Allah. Oleh orang-orang yang mengerti siapa diri mereka dan untuk apa mereka hidup.

Lalu kenapa selalu ada orang-orang yang memperjuangkan agama Allah?

Rasulullah SAW bersabda “barang siapa yang mengajak kepada petunjuk, maka ia akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun pahala mereka. Barang siapa yang mengajak kepada kesesatan, maka ia juga turut berdosa sebagaimana dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun” HR. Muslim 
Apakah anda pernah menabung? Saya kira pernah. Ketika kita menyisihkan uang setiap hari. Memasukkan ke dalam sebuah wadah. Kemudian istiqomah. Apa yang akan terjadi? Ya. Wadahnya akan penuh dan ketika kita membukanya, kita akan mendapatkan banyak uang. Dimana uang itu bisa digunakan untuk keperluan kita. Apakah kita bahagia dengan jumlah uang yang sudah kita kumpulkan?

Tentu. Seperti itulah pahala. Bahkan pahala tak bisa dibandingkan dengan uang. Ketika kita mengajak kepada kebaikan. Kita akan mendapatkan pahala. Tanpa mengurangi sedikitpun pahala yang ada. Akan bertambah dan terus bertambah. Jika kita istiqomah untuk mengajak kebaikan. Pahala itu akan terus bertambah jika orang yang kita ajak melakukan hal yang sama.

Yaitu mengajak orang lain untuk berbuat baik. Begitu seterusnya. Hingga terbentuklah rantai dalam kebaikan. Dan pahala yang tak putus-putusnya. Pahala itulah yang insyaallah akan membantu seorang hamba untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukannya ketika menjalani hidup di dunia.  Tabungan untuk akhirat. Begitulah saya menyebutnya.

Amazing bukan?

Bayangkan saja jika kita berhasil mengajak satu orang teman kita untuk istiqomah melakukan sholat dhuha. Memberitahu manfaat dan segala sesuatu yang berkaitan dengan ibadah itu. Kemudian orang yang kita ajak mengamalkan selama hidupnya. Karena termotivasi oleh kata-kata yang pernah kita ucapkan padanya di masa lalu.

Bisakah anda membayangkan pahala atas satu kebaikan yang sudah anda lakukan? Baru satu loh! Kita juga bisa membayangkan ketika kita mengajak kepada keburukan. Dosa akan mengalir tanpa mengurangi dosa yang ada. Jika orang yang kita ajak istiqomah dengan keburukannya. Tentu dosanya mengalir tanpa henti. Ah,  suatu dosa yang tak bisa kita bayangkan. Dan pembalasan yang tak kan mampu kita terima di akhirat kelak. Pilih yang mana?

Mari mengukir lebih dalam lagi. Kenapa seseorang masih berdakwah hingga saat ini?. Apa yang membuat mereka bertahan? Apa yang mereka inginkan?
“Sungguh manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran” QS. AL-‘ASR ayat 2 dan 3.

“Kemudian dia termasuk orang-orang yang beriman, dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. Mereka (orang-orang yang beriman dan saling brpesan itu) adalah golongan kanan”. QS. AL-BALAD ayat 17-18.

Ayo kita baca lagi pesan indah dari Sang Pencipta. “Saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran. Saling berpesan untuk berkasih sayang” Mereka termasuk orang-orang yang beriman, dan mereka adalah golongan kanan”. Pesan yang begitu indah bukan? Jika seandainya saja Al-quran tidak diturunkan ke muka bumi ini. Satu surat yang sangat pendek seperti surat Al-Asr itu sudah bisa menjadi pedoman dan pegangan bagi umat manusia.

Apa makna yang terkandung dari ayat tersebut?  Ayat di atas adalah syarat dimasukkannya seorang hamba ke dalam syurga. Jika salah satu dari ayat tersebut tidak kita tunaikan, maka ia tidak akan bisa memasuki syurganya Allah. Mari kita ulang lagi. “Saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.

Saling berpesan untuk berkasih sayang” Mereka termasuk orang-orang yang beriman, dan mereka adalah golongan kanan”. Apa yang anda pikirkan tentang ayat ini? Bagian dari dakwah bukan?  Ya! Allah memerintahkan hambanya untuk berdakwah. Dan dakwah adalah salah satu kunci bisa dimasukkannya seorang hamba kedalam syurga. Ingin masuk syurga?

Mari beranalogi. Saat menghadapi ujian nasional. Kita misalkan SMA jurusan IPA. Ada mata pelajaran tertentu yang nilainya tidak boleh berada di bawah standar yang telah ditetapkan. Kita misalkan bahasa inggris, matematika, kimia, fisika, biologi dan bahasa indonesia. Untuk semua mata pelajaran, kita mendapatkan nilai sembilan. Namun mengabaikan matematika. Nilainya tidak ada. Apakah kita akan lulus? Anda tentu tahu jawabannya.

Bisakah dia melanjutkan pendidikan menuju perkuliahan? Tentu tidak. Maka tujuannya untuk lulus tidak berhasil. Begitu juga dengan dakwah. Untuk apa kita hidup? Untuk beribadah kepada ALLAH. Apa puncak dari segala ibadah yang kita lakukan? Yaitu syurga atau neraka. Bagaimana menuju syurga? Memenuhi segala kriteria yang telah di tetapkan ALLAH. Lalu apa kriteria itu? Terdapat dalam surat Al-Asr yang telah kita baca tadi. Beriman, mengerjakan kebajikan, menasehati untuk kebenaran (dakwah), dan menasehati untuk kesabaran.




Dakwah adalah salah satu kunci dimasukkanya sorang hamba kedalam syurga. Jika beriman, mengerjakan amal sholeh namun tidak berdakwah dan tidak mengajak kepada kebenaran, maka ia tidak bisa memasuki syurganya Allah SWT. Rasa takut akan hal inilah, seseorang tetap bertahan di jalan dakwah. Takut ketika dirinya tak bisa memasuki salah satu pintu syurga. Cinta membuat mereka bertahan.

Jatuh cinta? apa yang kita rasakan ketika jatuh cinta? Ketika mencintai dan dicintai? sadarkah kita saat jatuh cinta semua daya akan kita kerahkan untuk membahagiakan seseorang yang kita cintai? Rasa yang menggebu ingin bertemu? Rindu yang menyesakkan dada? tangis sebagai obat ketika tak berjumpa? Ya. Jatuh cinta membuat logika manusia tak berjalan sempurna.

Tak lagi berfikir logis. Cinta itu sendiri membuat ia lupa siapa dirinya, demi kebahagiaan seseorang yang di damba. Siapa yang anda bayangkan ketika saya menulis kata seseorang?  Bukan, saya tak berbicara tentang cinta kepada manusia. Ini adalah cinta kepada ALLAH SWT. “kawan ayo semangat, kita kerahkan tenaga untuk berdakwah. Ayo kawan kita mengajak kepada kebaikan. Sholat berjamaah. Puasa.

Sholat dhuha. Reminder of tahajjud. Kawan, ayo mentoring.” Kata-kata yang bergaung itu hanya karna cinta. “kawan, aku mencintaimu. Kawan, aku ingin di syurga bersamamu. Jika kelak kau di syurga dan tak menemukanku, tolong tanya aku kepada Allah. Katakan kepada Allah, ketika di dunia kita pernah saling mengingatkan dalam kebaikan. Tarik aku ke syurga”. Kata-kata yang bergaung itu hanya karna cinta.

Untuk apa kita berlelah-lelah dengan ini semua? It’s just because we wanna meet our Lord. Kita mencintai saudara kita karna kita mengharapkan Allah mencintai kita. Hanya Allah menjadi satu alasan kenapa kita mencintai. Cinta datang bukan karna kebetulan. Cinta datang karena kita mengizinkan hati untuk mencintai. Ketika kita mengizinkan hati untuk mencintai Allah.

Maka lakukanlah segala sesuatu yang membuat Allah senang. Kebahagiaan yang seperti apa yang diharapkan seorang hamba selain kebahagiaan karena Allah mencintainya? Apalagi cita-cita tertinggi seorang hamba selain bertemu dengan penciptanya dan duduk bersama Rasulullah SAW?  Kawan, saat kau merasakan ketenangan yang tak terhingga dalam hatimu karena kau berjuang dijalanNya. Lanjutkanlah! Itulah cinta hakiki.

Jika langkah di dunia fana antar sesama kita merekatkan genggaman tangan, menjalin serpihan ukhuwah hingga menjadi hiasan kelak di akhirat, maka dia yang berjiwa penyeru akan meraih setiap tangan yang ditemuinya hingga berjumpa ridhoNya. Mampukah anda menahan kuda-kuda airmata yang siap meluncur di antara padang rona pipi, tatkala kita bersama bersenda gurau di taman-taman surga, kerana kebaikkan yang telah sama-sama kita tuai, buah cinta dari indahnya dakwah.

Seri senyum bahagia tak tergambarkan dalam ingatan, inilah kau sang umat yang paling dirindukan Rasulullah. Maukah kita berada di antara barisan tersebut? Tanamkan dalam ingatan kita, jadilah kita sang penyeru dalam kebaikkan sebagaimana Rasulullah merangkul umat manusia dengan kelembutan, sekalipun hinaan dan cacian menghadang.

Satu alasan yang menguat dalam hati, dakwah itu indah. Tidak, ia tak hanya sekedar indah. Harapan perjumpaan denganNya membuat dakwah menjadi sebuah cinta. Cinta hakiki yang kudamba.


Penulis: RAHMI HAYYU JZ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages