Begadang boleh saja, kalau ada perlunya,
Kalau terlalu banyak begadang,
Muka pucat karena darah berkurang,
Kalau sering kena angin malam,
Segala penyakit akan mudah datang,
Darilah itu sayangi badan,
Jangan begadang setiap malam…”
Demikianlah, bait-bait itu merupakan peringatan dari Rhoma Irama, dalam lagunya “Begadang I”. Entah apa maksud Rhoma (dulu masih memakai nama Oma Irama, red) ketika ia merilis lagu ini tahun 1978. Rhoma mungkin tak mengira, bahwa anjurannya kelak seirama dengan temuan Dr Edward C. Suarez dari Duke University Medical Center, Durham, North Carolina, Amerika Serikat. Dalam temuannya, Edward C. Suarez menemukan pengaruh kurang tidur bisa menyebabkan diabetis dan gangguan kesehatan lainnya. Melalui sejumlah penelitian, ditemukan fakta bahwa penyakit tidur dan jantung telah membayangi orang-orang yang memiliki masalah serius dengan tidur, misalnya sleep apnea (sulit tidur akibat gangguan pernapasan).
Tapi temuan ilmiah Dr Edward ini masih kalah menakjubkan. Sebab Islam telah menunjukkan perhatian masalah seperti ini sejak jauh-jauh hari. Disebutkan, di antara bencana yang menimpa sebagian besar masyarakat zaman sekarang ini adalah begadang sehingga akhir malam.
Dari Abi Barzah Al-Aslami ra bahwa Nabi saw tidak suka tidur sebelum Isya’ dan mengobrol setelahnya. [ Shahih Bukhari: 1/195 no: 568] . Al-Hafiz Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Sebab tidur sebelum Isya’ bisa mengakibatkan seseorang terlambat shalat sehingga keluar waktunya, atau terlambat sampai waktu ikhtiar dan berjaga setelahnya bisa menyebabkan tertidur hingga terlambat melaksanakan shalat Subuh, atau menyebabkan keterlambatan sampai pada waktu ikhtiar atau terlambat dari qiyamul lail.”
Bahkan Umar Ibnul Khattab ra pernah memukul orang yang suka begadang seraya mengingatkan, ”Apakah kalian berjaga pada waktu awal malam dan tidur pada bagian terakhirnya?” [Shahih Bukhari: 1/195 no: 568]
Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi, menulis 4 bahaya dan keburukan begadang dalam pandangan Islam;
Pertama: Dapat mengakibatkan keterlambatan menjalankan shalat fajar, sehingga seorang muslim telah menghalangi dirinya dari pahala dan ganjaran Allah dan menjerumuskan diri pada siksa Allah swt. Allah swt berfirman:
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang buruk) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” [QS. Maryam: 59]
”…dan (dirikanlah pula salat) Subuh. Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” [ QS. Al-Isro’: 78 ]
Dari Jundub bin Abdullah ra bahwa Nabi saw bersabda: “Barangsiapa yang melaksanakan shalat Subuh maka dia berada di dalam jaminan Allah, maka jangan sampai salah seorang di antara kalian dituntut oleh Allah dengan sesuatu yang merupakan jaminan-Nya. Sesungguhnya orang yang dituntut oleh Allah dengan sesuatu yang merupakan jaminan-Nya maka dia pasti mendapatkan akibatnya, kemudian Dia akan mencampakkannya ke dalam neraka Jahannam”.
Dari Umaroh bin Rubiyah ra bahwa Nabi saw bersabda: “Tidak akan masuk neraka orang yang shalat sebelum matahari terbit dan sebelum tenggelamnya”. Maksudnya adalah shalat fajar dan shalat Asar. [dalam Shahih Muslim: 1/440 no: 634]
Kedua: Bisa mengakibatkan seseorang tertidur dari qiyamullail. Allah swt berfirman tentang hamba-hambaNya yang beriman:
“Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” [QS. Al-Dzariyat: 18]
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. “ [QS. Al-Sajdah: 16]
Dari Sahl bin Sa’d ra berkata: Jibril mendatangi Nabi saw dan berkata: “Wahai Muhammad hiduplah sekehendakmu sebab engkau mesti mati, dan beramallah sekehendakmu sebab engkau pasti akan dibalas, cintailah siapapun yang engkau kehendaki namun engkau pasti akan meninggalkannya dan ketahuilah bahwa kemuliaan seorang mukmin ada pada qiyamul lail dan ketinggiannya pada ketidakbutuhannya kepada manusia.”
Ketiga: Menyia-nyiakan waktu untuk perkara yang tidak ada manfaatnya , dan masalah waktu ini adalah salah satu perkara yang akan ditanya oleh Allah pada hari kiamat. Dari Abi Barzah Al-Aslami ra bahwa Nabi saw bersabda: “Tidak akan melangkah dua kaki seorang hamba sehingga Allah akan bertanya kepadanya tentang umurnya di manakah dia pergunakan, tentang ilmunya apakah yang dikerjakan dengannya, tentang hartanya dari manakah dia mendapatkannya dan kemanakah disalurkan dan tentang jasadnya untuk apakah dia menghabiskannya”. [Sunan Tirmidzi: 4/612 no: 2417]
Ini bagi orang yang begadang untuk perkara-perkara yang mubah, adapun orang yang begadang untuk perkara yang diharamkan, seperti melihat siaran televisi atau membicarakan keburukan orang lain dari kaum muslimin atau kemungkaran lainnya, maka sungguh dia telah menambah keburukan sebelumnya dengan keburukan menyia-nyiakan waktu untuk perkara yang dimurkai oleh Allah swt.
Keempat: Banyak begadang dapat membahayakan kesehatan. Allah swt berfirman:
“Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan malam supaya mereka beristirahat padanya…”. (QS. Al-Naml: 86)
Alasan Begadang
Dan tidur pada permulaan waktu malam adalah kesempatan yang tidak pernah tergantikan, dan para ulama mengecualikan begadang dalam ketaatan, dan padanya terdapat kemaslahatan syar’I, seperti beribadah pada waktu malam atau berdakwah menyerukan manusia kepada Allah, memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah yang munkar atau untuk menuntut ilmu syara’ atau begadang bersama tamu atau istri.
Aisyah ra berkata: “Tidak boleh begadang kecuali untuk tiga hal: Orang yang sholat, pengantin atau musafir.”
Oleh karena itu seharusnya bagi orang yang beriman untuk segera tidur guna menjalankan sunnah serta menghindarkan diri dari bencana begadang dan keburukannya. Dan hendaklah seseorang menjaga adab-adab tidur, seperti tidur dalam keadaan suci, selalu membaca zikir-zikir yang disyari’atkan menjelang tidur, dan adab-adab lainnya yang telah disebutkan oleh para ulama.
Nah, seperti kata bung Rhoma tadi, jauhi begadang sekarang juga. [cha/ish/www.hidayatullah.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar