Ijtihad Dakwah : Antara Realitas dan Wahyu Ilahi - CSI FEB
Ijtihad Dakwah : Antara Realitas dan Wahyu Ilahi

Ijtihad Dakwah : Antara Realitas dan Wahyu Ilahi

Share This

                               Ijtihad Dakwah : Antara Realitas dan Wahyu Ilahi                               

Oleh : Zabaluddin Musa




Bicara mengenai dakwah, kita sama-sama tahu bahwa dakwah adalah suatu kegiatan dimana da’i mengajak objek dakwahnya (mad’u), entah mereka yang islam maupun non-islam untuk kembali kepada Islam, karena pada dasarnya manusia terlahir dalam fitrah Islam seperti sabda Rasul, “Setiap manusia yang lahir, mereka lahir dalam keadaan fitrah. Orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani” (HR. Bukhari-Muslim)


Menurut Miswan Thahadi dalam bukunya “Quantum Dakwah Tarbiyah”, Dakwah berarti menggesa proses perubahan dari yang tidak baik ke arah yang baik dan dari arah yang baik ke arah yang lebih baik, sehingga terbangun kehidupan individu dan masyarakat yang islami (terlebih dengan sasaran umat manusia secara keseluruhan). Jika menelaah maksud dari dakwah tersebut, tentu bukan sebuah pekerjaan yang mudah. Dakwah perlu dilakukan secara berjama’ah, membutuhkan ilmu dan menerapkan manajemen, karena dalam prosesnya pasti terjadi lika-liku yang dapat menyulitkan aktivis dakwah. Selain itu, teori konseptual dan operasional fiqh dakwah perlu dikuasai oleh setiap aktivis dakwah agar umat tidak terpecah-belah.




Dalam tulisan kali ini, saya tertarik dengan salah satu ungkapan dari Ustadz Anis Matta “Yang ingin kita capai dalam ijtihad dakwah adalah mempertemukan kebenaran dan ketepatan. Kebenaran substansi hukum dan sikapnya, dan ketepatan pada konteks waktu dan ruangnya. Kebenaran mengacu pada referensi dan metodologinya, sementara ketepatan mengacu pada objek, subjek, dan konteks ruang dan waktu penetapan hukum.” Lalu apa hubungannya dengan realitas dan wahyu Ilahi? Jika kebenaran mengacu pada referensi hukum, maka wahyu Ilahi (Al Qur’an dan Sunnah) merupakan kebenaran yang harus disyiarkan. Lalu realitas yang dimaksud cakupannya luas (mencakup ilmu-ilmu tentang manusia, seperti ekonomi, politik, sosiologi, psikologi, militer dan lainnya) dan dinamis (mencakup peristiwa-peristiwa yang mengisi ruang dan waktu). Realitas berkenaan fenomena yang terjadi dari setiap aspek kehidupan, khususnya pada umat Islam entah itu aspek politik, ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya.


Dalam praktik dakwah, antara realitas dan wahyu ilahi ini harus dipertemukan, karena wahyu Allah tidak hanya berisi perintah ibadah saja, melainkan Allah menjadikan Islam sebagai hukum dan pedoman hidup atas segala yang ada dan terjadi di dunia sebagaimana firman-Nya, “Dan telah Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (an-Nahl: 89). Itu dilakukan agar terciptanya tatanan hidup islam secara kaffah seperti dalam firman Allah Swt. “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (Al Baqarah : 208)


Karena cakupannya yang luas dan dinamis ini, dakwah harus dilakukan secara berjamaah dengan membentuk wajihah-wajihah dakwah. Umat Islam perlu membentuk lembaga-lembaga dalam lingkup ilmu-ilmu keIslaman dan ilmu-ilmu yang berkenaan dengan manusia untuk mengkaji dan mengeluarkan sikap, kebijakan, peringatan, seruan, atau fatwa-fatwa atas persoalan yang terjadi di lapangan dakwah.


Perlu juga lembaga-lembaga yang mampu mempersiapkan para mujahid dakwah dengan merekrut, mengkader, dan melakukan mapping keilmuan, minat dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap kader dan mengembangkannya. Ini tentu perlu sangat sulit dan butuh perjalanan waktu yang sangat panjang.


Maka untuk merealisasikannya, umat islam perlu membentuk pondasi yang kokoh dengan melakukan perbaikan-perbaikan diri; memperdalam kafa’ah, ilmu agama, dan ilmu dunia; mendekatkan diri kepada Allah Swt; dan bersama-sama bergerak melakukan perbaikan-perbaikan masyarakat dan negara. “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (As Saff : 4). InsyaAllah, semoga umat islam mampu menyongsong mihwar daulah. Wallahu A’lam.

Referensi:

Thahadi, Miswan. 2013. Quantum Dakwah & Tarbiyah. Jakarta: Al-I’tishom Cahaya Umat 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages