Konsep Pendidikan Karakter (Tarbiyah) - CSI FEB
Konsep Pendidikan Karakter (Tarbiyah)

Konsep Pendidikan Karakter (Tarbiyah)

Share This


Assalammu'alaykum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh


Sirah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallama sungguh menarik dan mempunyai kekuatan magnet yang tinggi untuk memikat setiap muslim –bahkan non muslim- untuk sekedar membaca, dan memahami perjalanan hidup yang sarat nilai sosial, humanisme, pluralisme, ekonomi, politik, budaya, dan semua dimensi kehidupan yang terangkum pada satu kata yaitu akhlak.
Dewasa ini kancah dunia pendidikan di Indonesia, kata pendidikan karakter sangat familiar. Stimulan dari munculnya paradigma pendidikan karakter dikarenakan minimnya produk model pendidikan yang memposisikan wilayah kognitif lebih besar dan luas dari pendidikan afektif (baca: pendidikan sekuler). Maka, dicarilah rumusan yang lebih konkrit dan kapabelitasnya bisa dipertanggungjawabkan. Hal ini, minimal sebagai bentuk terobosan dalam dunia kependidikan Indonesia agar tidak jumud dan stagnan. Sisi progresifitas tetap dijunjung tinggi sebagai bentuk perwujudan keinginanstakeholder dunia pendidikan di Indonesia agar ranah kancah persaingan dalam pendidikan di dunia, Indonesia dapat masuk pada lingkaran itu.
Konsep pendidikan karakter akhirnya menjadi options pilihan untuk memecah kebuntuan, kejumudan dan stagnisasi kemajuan pendidikan di Indonesia agar lebih “manusiawi”. Dikarenakan konsep yang lama telah memproduk intelegensi-kontraproduktif, hal ini ditandai dengan semaraknya pergaulan remaja dengan ala kebebasan tanpa batas, munculnya karakteristik hoologanisme, terusungnya apatisme agama, dan berkembangnya sekulerisme kehidupan. Tentunya semua itu bukanlah harapan dan cita para pemangku kebijakan pendidikan di republik ini. Semoga dengan konsep pendidikan karakter yang lebih mengedepankan domain afektif, pendidikan di Indonesia lebih memiliki produk intelegensi-produktif.
Karakter adalah Akhlak
Versi Islam menyebutkan karakter berkaitan erat dengan akhlak, dimana akhlak merupakan hasil tindakan manusia yang muncul secara spontan. Islam telah meinstruksikan bagi setiap pemeluknya, dan –bahkan- memperbolehkan non-muslim untuk memperlajari akhlak yang Islami. Seperti apakah akhlak Islami itu?. Jawabannya sungguh simpel dan amat sangat sederhana, yaitu melihat akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallama.
Instruksi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallama  merupakan sosok dan pribadi yang sangat pantas untuk ditiru dalam konteks akhlak terekam pada QS. Al Ahzab : 21.
لقد كان فى رسول الله اسوة حسنة لمن كان يرجوا الله واليوم الأخر وذكـــــرالله كثيرا
“Sesungguhnya telah ada pada )diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”
Imam Ibnu Katsir ketika meriwayatkan ayat ini beliau berucap, “Ayat yang mulia ini merupakan pokok dari meneladani Rasulullah dalam perkataan, perbuatan dan keadaan beliau” (Tafsir Ibnu Katsir, jilid 3 hal, 522). Syaikh Ibnu Asyur punturut mengomentari ayat di atas dari sisi gramatikal redaksinya. Beliau berkata, “Al-Uswah dengan mengkasrahkan hamzah atau mendhamahkannya adalah nama untuk sesuatu yang diteladani dan dilakukan seperti pekerjaannya. Hak keteladanan adalah hendaknya orang yang diteladani seorang yang betul-betul teladan (qudwah). Oleh karena itu hurufal fa’ ((فِى dengan redaksi yang disebut at Tajrid al Mufid li al Mubalaghah (pengkususan yang berarti penekanan). Jadi, pada prinsipnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallama sebagai teladan. Hal ini direkam oleh Syaikh Asyur pada kitabnya yaitu Tafsir at Tahrir wa at Tahwir pada jilid 21 hal 302, pendapat beliau juga terdapat pada Tafsir al Kasyaf(tafsir rasionalitas) karangan az Zamahsyari jilid ke 3 hal 256.
Bagaimana pencerminan akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallama?, jawabannya dapat ditemukan pada dialog antara sahabat Hisyam bin Rabi’ ketika menanyakan kepada Aisyah tentang perilaku, sifat, sikap dan tipikal Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallama. Aisyah pun menjawab, “kaana khuluquhu al Quran”. Dan hal ini dipertegas oleh bahasa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallama sendiri yaitu “inni bu’itstu li utammima makarima al akhlak”. Benang merahnya adalah, segala karakter yang dimunculkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallama baik melalui perbuatan, tindakan, ucapan, ataupun persetujuan semuanya merupakan bentuk karakter yang dimaksud pada konsep pendidikan karakter di Indonesia.
Walhasil, dapat disimpulkan sunah ataupun hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallama  yang notabenenya segala karakter yang dimiliki Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallama  merupakan referensi yang paling valid dan paripurna untuk diaplikasikan dalam konsep pendidikan karakter di Indonesia.
Dan, coretan opini ini akan bersambung sebagai pembuktian bahwasanya segala hal yang telah dikonsep oleh kementrian pendidikan Indonesia dalam koridor pendidikan karakter, telah ada dan sudah dilakukan oleh Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallama 14 abad yang lalu. So, mari nyunah ala pendidikan karakter Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallama.

Wassalammu'alaykum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh

Gambar: https://gandhiretno.wordpress.com/2015/07/01/fakultas-agama-islam-jurusan-tarbiyah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages