Ramadhan Apakah Kamu Akan Berbeda? - CSI FEB
Ramadhan Apakah Kamu Akan Berbeda?

Ramadhan Apakah Kamu Akan Berbeda?

Share This

Ramadhan Apakah Kamu Akan Berbeda?


Suara langkah kaki terdengar begitu keras. Bukan satu orang, melainkan sekumpulan orang. Anak-anak saling berlari mendahului agar bisa masuk ke dalam masjid. Speaker masjid di kotamu menggema, saling bersahutan melatunkan solawat. Kamu yang baru turun dari angkutan umum begitu terperangah dengan pemandangan tersebut. “Engga biasanya” pikirmu



Sumber Foto : Instagram//Nadhira Arini


Rapat organisasi selama berjam-jam dan tugas kuliah yang menumpuk meminta untuk diselesaikan pada hari itu juga membuat waktumu habis karenanya. Kamu melirik jam, “Udah setengah enam sore” Kamu harus bergegas menunaikan solat ashar. Begitu memasuki masjid kamu melihat shaf perempuan sudah terisi penuh.


Mereka yang baru datang, buru-buru menggelar sajadahnya di pelataran masjid. Sehingga seluruh sisi masjid kini penuh dengan gelombang manusia. Kamu berjalan pelan-pelan untuk mengambil wudhu. Sepanjang jalan tersebut tidak biasanya lantai begitu basah dan lembab, pikirmu. Dan kamu semakin terheran-heran ketika mendapati bahwa tempat wudhu dipenuhi barisan manusia.


Setelah mengantri begitu panjang, akhirnya kamu selesai berwudhu. Matamu melirik jam. “Maghrib tinggal 15 menit lagi” Desismu. Kini matamu sibuk menjelajahi setiap sisi masjid mencoba mencari celah kosong untuk berdiri menunaikan solat asar. Begitu menemukannya, kamu segera solat dengan terburu-buru. orang-orang di sekeliling memandangmu dengan tatapan aneh, seakan bertanya solat apa sih yang kamu kerjakan barusan?


Begitu kamu mengucapkan salam terakhir, suara beduk terdengar. Suasana tiba-tiba hening. Lalu disusul dengan adzan yang dilantunkan oleh seorang muadzin. Langit mulai menggelap dan udara malam mulai terasa dingin di pipimu. Saat itu ada rasa yang mengganjal di hatimu.


Ada rasa bersalah yang tidak bisa kamu jelaskan dan rasa cemas yang begitu dalam. Ditambah dengan tatapan orang-orang di sekelilingmu yang seakan mencibir solat yang baru kamu kerjakan. Ah benar-benar membuatmu semakin merasa tersudutkan. Kamu menghela napas. Kamu menyadari bahwa kamu telah berbuat salah. Kamu tidak bisa mengelaknya. 


“Besok sahur pake apa nih?” seorang ibu di sebelahmu berceloteh pada kawannya yang sibuk dengan anak balitanya.


“Saya sih tadi udah ungkep ayam. Jadi nanti sahur langsung di goreng”


“Sahur?” Tanyamu dalam hati. Kamu melirik ponsel dan baru menyadari bahwa besok sudah masuk 1 ramadhan.

Kamu beristigfar menyadari kealfa-an yang telah kamu lakukan. Kesibukkan kuliah membuatmu lupa hari dan lupa dengan momen sakral ini. Rapat organisasi berjam-jam tadi siang juga tak ada sedikit pun menyinggung perihal ramadhan.


Padahal..bukannya kamu merindukan bulan ini? Bukankah itu yang terdengar dari postingan yang kamu gembor-gemborkan di sosial media? Kamu tentu rindu dengan segala cerita khas tentang bulan ini. Kamu merindukan eufuria dalam beribadah tanpa digoda setan-setan. Sungguh Atmosfer pada bulan ini tak akan pernah sama dengan bulan lainnya. Seakan membuatmu ingin agar 12 bulan dalam setahun adalah bulan ramadhan.  Dan kamu hidup di dalamnya.


Tapi.. Kenapa kamu bisa lupa dalam sekejap?


Ada sudut dalam hatimu yang meronta-ronta, memaksamu untuk meneteskan air mata. Ada luka tak kasatmata dalam hatimu. Kamu menyesal sehingga kamu merasa terluka. Dan itu bagus. Itu tandanya hatimu menginginkan kebaikan yang selama ini tertutupi kabut dosa.


Kamu tidak pernah sebegitu menyesalnya, padahal entah sudah berapa kali kamu melalaikan solat-solatmu dan mengakhirkannya di penghujung waktu. Sore itu Allah mengetuk hatimu. Ternyata masih ada iman di dalam hatimu. Dan kamu benar-benar mensyukurinya meski sekecil apa pun itu. 

Sumber Foto : Instagram//Nadhira Arini



Ramadhan adalah sebuah pintu yang dihiasi berjuta ampunan. Dimana kamu berdiri di ambang sana sembari mengucapkan salam perpisahan pada dirimu yang kelam, pada masa lalumu, dan setumpuk dosa yang kamu lakukan pada 11 bulan yang lalu. Pemilik pintu pun mengizinkan kamu untuk singgah ke dalam. Meski Ia tahu bahwa baju yang kamu kenakan begitu kotor dengan noda kejahatan, meski tubuhmu mengeluarkan bau busuk dan tak sedap atas setumpuk ghibah dan caci pada saudaramu sendiri. Ah siapa lagi kalau bukan Allah swt. Siapa lagi yang mau menerimamu dalam keadan sedemikian kotornya itu?


Kamu berlari masuk ke dalamnya. Sebagaimana kamu berlari masuk ke dalam rumah ketika hujan datang tiba-tiba.


Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (QS. Ali Imran [03]: 133)


Itu adalah cerita ramadhan tahun lalumu. Kini kedua bola matamu menatap lurus ke arah jendela. Televisi menyala dengan volume yang cukup keras, namun kamu tak berniat menontonnya. Lantaran merasa tertekan dan terbebani, sebab seluruh pelosok negeri akhir-akhir ini diguncang oleh sebuah wabah yang disebabkan makhluk yang sangat kecil, begitu isi televisimu sehari-hari.


Wabah tersebut mengharuskan kamu untuk berhenti datang ke kampus. Wabah tersebut menarik kamu ke dalam rumahmu, menjauhkanmu dari rapat-rapat yang biasa kamu hadiri dan majelis majelis yang biasa kamu singgahi. Wabah tersebut membuat telingamu tak lagi mendengar khotbah jum’at dari masjid yang berdiri tak jauh dari rumahmu. Wabah tersebut akhirnya membuatmu solat dengan tepat waktu.

Sumber Foto : Instagram//Nadhira Arini


Hari ini kamu merindukan masjid. Kamu rindu dengan suara anak-anak kecil, meski jujur itu  sangat mengganggumu. Kamu rindu untuk melingkar di sana sekadar berbuka puasa bersama. Kamu rindu menjadi barisan terdepan solat tarawih dengan imam yang bacaannya begitu syahdu dan sanggup menggetarkan hatimu.


Kamu membayangkan bahwa ketika wabah telah usai kamu akan datang ke masjid lagi. Kamu akan terlepas dari isolasi panjang ini.


Akankah lantai tempat wudhu amat kering ketika dipijak? Akankah gagang pintu masjid itu akan berdebu karena saking lamanya tak ada yang menyentuhnya? Atau kamu akan bersin-bersin ketika masuk ke dalamnya?


Sungguh kamu tak bisa membayangkan betapa bahagianya kamu.. dan tak sabar agar momen itu cepat menjadi kenyataan.


Namun sedetik kemudian kamu menghela napas. Hari ini kamu hanya bisa menutup kembali hordeng jendelamu. Ramadhan kali ini mengajakmu tuk menyepi sembari melangitkan doa-doa terbaikmu. Untuk sama-sama memohon ampun atas dosa yang begitu menumpuk, juga memohon untuk dikuatkan pada masa yang sulit ini.


“Masih ada beberapa hari lagi.. Kami mohon ya Allah.. agar wabah ini usai sebelum ramadhan tiba..” Begitu pintamu.


Pinta kami di seluruh dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages