E-Buletin [ Konflik Israel Palestina ] - CSI FEB
E-Buletin [ Konflik Israel Palestina ]

E-Buletin [ Konflik Israel Palestina ]

Share This

 



Melihat yang terjadi antara Israel-Palestina. Apakah ini peperangan? Adakah ini persoalan agama? Bukan. Ini adalah penjajahan, saudaraku. Sejarah dan literasi mengamini ungkapan bijak, "kita tak perlu jadi Muslim untuk mendoakan Palestina." Atau dalam versi yang lebih universal, kita bahkan tak harus punya agama untuk berdiri di sisi Palestina. Iya, kita hanya perlu jadi manusia.

Let’s Go, Check This Out!


Lalu, apa masalahnya kalau bukan agama?Akar persoalan Israel dan Palestina dimulai sejak zaman alkitab. Namun, dalam perspektif sejarah modern, semua konflik yang terjadi hari ini berpusat pada apa yang terjadi di medio 1882 hingga 1984. Pada masa itu terjadi satu peristiwa yang disebut 'aliyah' atau gelombang besar pergerakan kaum Yahudi memasuki suatu daerah.


Daerah itu adalah wilayah yang sejak 1917 dikenal secara resmi sebagai Palestina. Di tahun 1917, Inggris menerbitkan Deklarasi Balfour. Deklarasi yang terbit tak jauh sebelum Inggris jadi kekuatan kolonial di Palestina itu mengumumkan dukungan Inggris terkait pembentukan sebuah "kediaman nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina."


Rakyat Palestina menolak Deklarasi Balfour. Palestina adalah salah satu daerah di dalam wilayah negara Kesultanan Utsmaniyah pada saat itu. Dan warga Yahudi di Palestina adalah minoritas.


Di tahun 1947, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membagi wilayah sengketa menjadi tiga bagian. Sebagian untuk Yahudi, orang Arab, dan bagian lain diperuntukkan bagi rezim perwalian internasional di Yerusalem.


Orang-orang Arab menolak sikap PBB. Bagi mereka PBB tak berhak menentukan pembagian wilayah di tanah itu. Perang pun pecah menyusul deklarasi kemerdekaan negara Israel pada 14 Mei 1948. Tahun itu, 700 ribuan orang Arab di Palestina terpaksa meninggalkan rumah sendiri. Eksodus itu dikenal dengan istilah 'nakba', artinya 'malapetaka' dalam bahasa Arab.


Versi Palestina mengatakan para Zionis memaksa orang-orang Arab keluar dari rumah mereka sendiri. Sementara, Israel menyatakan kepergian orang-orang itu dipicu dorongan pemimpin Arab. Sebagian lagi, menurut Israel pergi dengan sukarela. Perang ini jadi peristiwa penting melihat konflik wilayah Israel dan Palestina hari ini.


Israel dengan cepat menguasai wilayah-wilayah Palestina, kecuali Tepi Barat di bagian timur Yerusalem yang dikuasai Yordania dan Jalur Gaza yang penguasaannya di bawah Mesir. Pada 1967, peperangan lain terjadi. Dalam enam hari Israel mengalahkan pasukan Yordania, Mesir, dan Suriah. Yerusalem Timur pun direbut dari Yordania.


Apa hubungan perang 1967 dengan konflik beberapa hari ini?

Konflik yang kita lihat beberapa hari ini bermula dari sengketa tanah di Sheikh Jarrah. Sengketa beritik pusat di rumah empat keluarga Palestina yang diklaim oleh para pemukim Yahudi. Pada awal tahun 2021, pengadilan distrik Yerusalem memutuskan rumah-rumah itu legalitasnya berada di bawah kepemilikan para keluarga Yahudi.

Para pemukim Yahudi yang menggugat mengatakan keluarga mereka kehilangan tanah itu pada saat perang 1948. Dalam perang itu, orang Israel, maupun Palestina banyak kehilangan rumah. Versi warga Palestina, mereka punya bukti rumah-rumah itu didapat dari otoritas Yordania yang menguasai Yerusalem Timur pada medio 1948 sampai 1967.

Semenjak kemenangan Israel dalam perang 1967, situasi tak lagi menyenangkan bagi pemukim Palestina di Sheikh Jarrah. Dua asosiasi pemukiman Israel, Sephardic Committee and the Knesset Committee of Israel bahkan meminta pengadilan untuk mengusir empat keluarga dari rumah mereka dengan tuduhan perampasan tanah.


Israel juga membentuk payung hukum yang mendukung orang-orang Yahudi yang kehilangan harta benda akibat perang 1948 untuk kembali mengklaim milik mereka. Sebaliknya, UU itu melawan warga Palestina dan upaya mengklaim kembali kepemilikan mereka yang hilang di Israel dalam perang itu.

Sejak itu, warga Palestina di Sheikh Jarrah diperlakukan sebagai penyewa. Mereka menghadapi tuntutan dari pihak Israel untuk mengambil alih rumah mereka. Sengketa tanah berlanjut hingga memasuki tahun 2000-an. Asosiasi pemukiman Israel yang merasa menang meminta pengadilan mempercepat eksekusi penggusuran rumah warga Palestina.

Pada November 2008, keluarga Al-Kurd terusir dari rumah mereka, diikuti dengan penggusuran keluarga Hanoun dan Al-Ghawi pada Agustus 2009. Total, sejauh ini sudah 12 keluarga Palestina di Sheikh Jarrah yang telah menerima perintah penggusuran. Baru-baru ini, empat keluarga Palestina mengajukan petisi ke Mahkamah Agung.

Mereka menentang keputusan pengusiran. Seorang warga Palestina, Abdel Fattah Sqaffe menyatakan mereka tak akan berhenti memperjuangkan tanah mereka. Polisi Israel merespons dengan kekerasan. Mereka bahkan menyerang Masjid Agung Al Aqsa. Serangan berlanjut dan meluas, melibatkan militer dan senjata berat. Korban makin berjatuhan.


Bagaimana perkembangan terbaru peristiwa ini?

Serangan polisi Israel di Yerusalem Timur dibalas perlawanan warga Palestina. Kelompok militan, Hamas juga melancarkan serangan ke wilayah Israel, termasuk Tel Aviv.


Di dalam wilayahnya, di Kota Lod, Israel juga menghadapi pemberontakan dari kelompok masyarakat Arab. Israel kemudian mencanangkan keadaan darurat di pusat kota itu.


Israel juga melancarkan serangan udara besar-besaran ke Jalur Gaza, wilayah yang dikuasai Hamas. Sebuah apartemen 13 lantai tempat tinggal penduduk sipil jadi sasaran pengeboman Israel.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages